Sabtu, 16 Oktober 2021

PGP-2-Kota Medan-Syahridho Zein-Aksi Nyata Paket Modul 3

Refleksi Program Pekan Budaya Indonesia - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Refleksi merupakan kegiatan baik sebagai rangkaian akhir dalam seseorang melakukan aktivitas, pun di dunia pendidikan yaitu terhadap program yang sedang dan telah berakhir. Refleksi saya kali ini terkait dengan program Pekan Budaya Indonesia yang diselenggarakan di sekolah terkait dengan tiga hal, yaitu perasaan saya pada saat merencanakan dan melaksanakan aksi, pembelajaran yang saya dapatkan dari aksi, serta perencanaan untuk memperbaiki pembelajaran. Ketiga hal tersebut akan coba saya tuangkan menggunakan kerangka 4 F (facts, feeling, finding, future).

Facts

Latar belakang diselenggarakannya program ini adalah berangkat dari aset yang dimiliki sekolah yaitu kemajemukan peserta didik baik dalam hal agama dan tentu juga kebudayaan sebagaimana merepresentasikan keragaman di Indonesia itu sendiri. Juga sejalan dengan visi sekolah yang menghargai setiap keunikan anak sehingga kegiatan Pekan Budaya Indonesia ini pun dipilih sebagai sarana memperkuat kecintaan peserta didik terhadap kemajemukan warga Indonesia serta meningkatkan rasa saling menghargai sesama.

Komunikasi, pelaporan, serta monitoring diselnggarakan secara langsung ataupun melalui media grup sosial media


Program ini dapat berjalan dengan baik dengan keterlibatan semua komunitas sekolah, seperti kepala sekolah sebagai penanggung jawab, para guru sebagai pengarah dan peserta didik sebagai panitia pelaksana. Peserta didik yang menjadi panitia pelaksana mempunyai kebebasan untuk merancang kegiatan dengan petunjuk dan arahan dari guru/kepala sekolah.

Kegiatan ini juga berpotensi dapat melibatkan masyarakat di sekitar sekolah. Kegiatan monitor dilakukan oleh peserta didik kepada peserta didik dan  untuk peserta didik sendiri. Evaluasi kegiatan melibatkan guru, kepala sekolah, dan masyarakat luar sekolah.


Sekolah berupaya mengoptimalkan setiap aset yang dimiliki baik untuk membuat kostum ataupun pengomptimalan keterampilan guru dalam membimbing maupun mendokumentasikannya.


Peserta didik secara berkelompok kelas melakukan kegiatan mengekspor kebudayaan dari suatu wilayah yang mereka dapatkan terkait sejarah, kebudayaan, makanan, alat musik, kerajinan tangan, tarian, upacara adat dan sejenisnya. Peserta didik juga mendapatkan pengetahuan tentang cara memasak makanan khas juga cerita mengenai profil suatu daerah langsung dari warga masyarakan yang berasal dari daerah yang dimaksud.


Antar kelas juga saling berbagi tentang pengetahuan yang baru mereka dapatkan melalui kunjungan/diskusi virtual.


Sebagai akhir, peserta didik membuat sebuah video pertunjukan untuk mengenalkan kebudayaan yang telah dalam beberapa waktu mereka eksplorasi tersebut.

Dampak yang didapatkan langsung selama dan setelah program ini berlangsung adalah bahwa murid-murid semakin kaya akan pengetahuannya terhadap profil serta kebudayaan dari daerah/suku yang kelasnya perdalam juga tentang daerah/suku yang dipresentasikan oleh kelas lain serta bertambah pula rasa penghargaan mereka terhadap sesama warga negara Indonesia yang dikaruniai keberagaman ini.

Feelings

Selama merencanakan dan melaksanakan program ini, saya merasa senang karena dapat mengaplikasikan materi yang didapat sekaligus perasaan khawatir jika-jika terkendala ataupun tidak dapat membagi waktu dengan baik dengan tanggungjawab lain.

Findings

Pembelajaran yang saya dapatkan dari penyelenggaraan program kali ini adalah tantangan bagaimana guru bersama murid dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan beragam tantangan seperti pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka terbatas, keterbatasan financial, serta sumber informasi dariwarga daerah tertentu sebagai narasumber. Saya juga belajar bahwa setiap tantangan tersebut akan dengan lebih baik jika kita menggunakan paradigm berpikir positif ataupun berbasis aset.

Future

Sebagai program yang direncakan akan dilaksanakan lagi pada periode berikutnya, semoga kendala terkait pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka terbatas dapat diantisipasi yaitu dengan penjadwalan yang baik serta penyusunan rencana kerja yang terukur. Selanjutnya terkait narasumber agar lebih melibatkan komunitas orangtua dan sosial media agar sedapat mungkin memenuhi setiap kebutuhan narasumber dari daerah yang peserta didik ingin ketahui lebih.

Selasa, 14 September 2021

Koneksi Antar Materi, Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pada tulisan ini, saya akan coba menjabarkan bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.

Pratap Triloka adalah konsep pemikiran yang digagas oleh Bapak Pendidikan Indonesia tersebut yang dapat kita amalkan dalam hal apapun termasuk dalam hal pendidikan. Ketiga konsep itu adalah 1) Ing ngarsa sung tulada; 2) Ing madya mangun karsa; 3) Tut wuri handayani. Dengan artian di depan sebagai teladan, di tengah menggerakkan, di belakang mendorong.

Dari ketiga konsep kedudukan tersebut, guru sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan mampu mempertimbangkan posisi tersebut dalam penentuan keputusan terbaik yang akan diambil dan diuji.

Selanjutnya, nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan dapat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Diri kita yang merupakan pribadi yang unik yang memiliki latar belakang pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman bisa jadi akan mengambil keputusan yang berbeda dengan orang lain terutama dalam dilema etika yaitu pertentangan antara benar lawan benar. Terlebih kebijaksanaan tiap orang untuk dapat menentukan opsi trilema dari kasus dilema etika yang diterimanaya juga akan berpengaruh dengan keputusan akhir.

Tentang kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) pada pendidikan guru pengerak sebelumnya, saya merasa bahwa teknik tersebut dapat diterapkan dalam setia[ jengjang pendidikan dan usia anak dengan tingkatan yang disesuaikan terntunya.

Dalam hal tersebut, saya memiliki pertanyaan yaitu tentang bagaimana guru-guru di Indonesia dapat secara keseluruhan memahami dan mendalami pentingnya teknik coaching dalam pengembangan keterampilan mengambil keputusan oleh orang lain.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik sangat menarik bagi saya karena sebagai seorang guru tentu tantangannya tidak hanya saat di ruang kelas untuk memimpin pembelajaran saja. Lebih dari itu, banyak keterampilan lain yang harus dimiliki dan diasah salah satunya yaitu pengambilan keputusan.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Semakin baik dan terampil seorang guru memutuskan suatu permasalahan atas kasus yang sadar atau tidak akan selalu dihadapi oleh guru maka semakin baik pula budaya positif di kelas atau sekolah tersebut terwujud.

Selanjutnya, saya merasa tidak menemukan kesulitan-kesulitan di lingkungan saya sehingga sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini. Meskipun tentu butuh waktu untuk membiasakan budaya positif dan juga saling berbagi pengalaman dapat membantu mengatasi tantangan tersebut.

Dan pada akhirnya, pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita memiliki pengaruh. Yaitu bagaimana keputusan yang dipertimbangkan dengan baik terkait paradigma, prinsip berpikir, dan juga langkah pengambilan keputusan yang tentu bertujuan untuk memutuskan solusi terbaik atas setiap dilema etika yang muncul. Terutama terkait pembelajaran yang berdampak langsung pada murid.

Dalam pengambilan keputusan tersebut, seorang pemimpin pembelajaran dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Saat dihadapkan dengan dilema etika yang jika diputuskan berdasarkan aturan namun akan berdampak pada masa depan murid, guru dapat mempertimbangkan hal tersebut sehingga dicarikan solusi terbaik dengan tetap memahamkan kepada murid bahwa yang dilakukannya adalah kekeliruan sehingga di waktu mendatang tidak diulanginya.

Sebagai penutup, kesimpulan akhir  yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah tentang tanggungjawab besar seorang pendidik yang tidak dapat dihindarkan akan menghadapi kasus-kasus dilema etika dalam menjalankan tugasnya. Dari materi-materi sebelumnya. modul pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran melengkapi peran dan tugas seorang guru dengan tujuan utama menuntun setiap kodrat anak agar dapat mengembangkan segala kodratnya sehingga menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang baik.

Syahridho zein, CGP Angkatan 2 Medan

Senin, 19 Juli 2021

2.1.a.9 Koneksi Antar Materi oleh Syahridho Zein - CGP Ankatan 2 Medan

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan murid.  Pembelajaran berdiferensiasi mengakomodir semua perbedaan yang ada di dalam diri peserta didik, yang dilihat dari kebutuhan belajar peserta didik. Pembelajran berdiferensiasi dilakukan dengan tiga strategi yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk yang dirancang erdasarkan tiga aspek yaitu kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar.

Untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, perlu diadakannya pemeetaan sebelumnya baik dengan cara observasi, pengisian kuisioner oleh peserta didik/orangtua, atau dengan pre-assessment sehingga guru memiliki peta jalan dalam merancang pembelajaran.

Contoh Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Minat

Tujuan Pembelajaran: Murid dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat bulat.

Tabel 1. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Minat

Minat

Seni

IT

Bahasa

Nama Murid

Nadya

Queen

Abi

Samuel

Caryn

 

Produk

Membuat poster sifat-sifat operasi hitung bilangan berpangkat bulat.

Menjabarkan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat bulat dalam presentasi ppt atau infografis.

Mendemonstrasikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat bulat dalam video presentasi.

 Contoh Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar (Readiness)

Tujuan Pembelajaran: Murid dapat Mengubah masalah/bahasa sehari-hari ke dalam bentuk pangkat dan akar dan sebaliknya

Tabel 2. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar

 

Kesiapan Belajar (Readiness)

Murid telah

memahami

konsep perpangkatan dan akar dan kaitannya keduanya

Murid telah

memahami

konsep perpangkatan dan akar secara terpisah namun belum memahami kaitannya keduanya

Murid belum

memahami

konsep perpangkatan dan akar.

Nama Murid

Caryn

Samuel

Abi

Queen

Nadya

Proses

Murid diminta

mengerjakan

soal-soal

tantangan yang

mengaplikasikan

pengubahan masalah/bahasa sehari-hari ke dalam bentuk pangkat dan akar dan sebaliknya. Murid

akan diminta

untuk bekerja

secara mandiri

dan saling

memeriksa

pekerjaan

masing-masing.

Murid diminta

mengerjakan

soal-soal

tantangan yang

mengaplikasikan

pengubahan masalah/bahasa sehari-hari ke dalam bentuk pangkat dan akar dan sebaliknya menggunakan permisalan dari contoh di kehidupan sehari-hari misal kaitan sisi dan luas persegi atau kaitan rusuk ddan volume kubus. Guru akan

sesekali datang

ke kelompok ini

untuk

memastikan

tidak ada

miskonsepsi.

Murid akan

mendapatkan

pembelajaran

eksplisit tentang

konsep perpangkatan dan akar.

Guru akan

memberikan

scaffolding

dalam proses

ini.

Contoh Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar murid

Tujuan Pembelajaran: murid dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan pangkat dan akar.

Tabel 3. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar Murid

Profil Belajar

Visual

Auditori

Kinestetik

Nama Murid

Queen

Nadya

Abi

Samuel

Caryn

Produk

Murid diperbolehkan memilih cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan pangkat dan akar. Boleh dalam bentuk gambar, rekaman wawancara maupun performance.

Proses

Saat

menjelaskan

guru

menggunakan

banyak gambar

atau alat bantu

visual.

Guru juga

menyediakan

kesempatan

bagi murid

untuk

mengakses

sumber belajar

yang dapat

didengarkan

murid secara

lisan.

Guru membuat

beberapa sudut

belajar atau

display yang

ditempel di

tempat-tempat

berbeda untuk

memberikan

kesempatan

murid bergerak

saat mengakses

informasi.

Dari pemetaan tersebut, dituangkanlah dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk dijalankan di kelas.

Guru-guru akan menempatkan murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang saling mendukung tumbuhnya lingkungan belajar. Dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi, guru menjadi tahu bagaimana menyusun pembelajaran yang selaras dengan mengoptimalkan potensi setiap peserta didik baik dalam hal kesiapan belajar, minat belajar, dan proses belajar.

Sebagai contoh anak yang minat dalam olahraga lari maka potensi utama tersebut yang perlu dikembangkan maksimal. Ia tetap akan menjadi anak yang berprestasi di bidangnya walaupun kemampuan seni atau matematikanya biasa saja. Anak yang gaya belajarnya kinestetik perlu difasilitasi untuk belajar dengan caranya agar menerima materi dengan maksimal, anak tipe ini tidak bisa dipaksakan untuk hanya duduk diam mendengarkan gurunya berbicara. Peserta didik yang dalam pertemuan lanjutan masih belum maksimal dalam pemahaman materi perlu adanya diferensiasi proses dengan peserta didik lain yang pemahamannya sudah sangat baik sebelum memberikan lembar kerja dengan level yang sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Modul 2.1 ini terkait erat dengan modul 1.1 Filosofi Pendidikan KHD di mana pada modul 1.1, kita dipahamkan tentang pembelajaran yang menghamba pada murid, cara agar kita dapat menghamba pada murid (pembelajaran yang berpusat pada murid) adalah dengan mengenal murid kita hinggga ke level kesiapan, minat, dan profil belajar tiap individu dengan dilakukannya pemetaan.

Juga terkait dengan modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak di mana dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang baik, guru harus melakukan perannya sebagai pemimpin pembelajaran yang baik pula dengan memiliki nilai reflektif, inovatif, serta berpihak pada murid.

Kamis, 01 Juli 2021

PGP-Angk2-Kota Medan-Syahridho Zein-1.4-Aksi Nyata

 

Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif

 

§  Latar belakang tentang situasi yang dihadapi oleh Calon Guru Penggerak 

Latar belakang pemilihan budaya Bernalar Kritis sebagai budaya yang ingin saya angkat pada aksi nyata modul 1.4 ini adalah bawa hal tersebut merupakan salah satu fokus pengembangan keterampilan siswa sesuai pelajar pancasila yang digagas oleh kemendikbud dikti ristek.

Model pembelajaran pada pendidikan tingkat dasar saat ini tidak cukup hanya dibekali dengan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung atau “Tree Rs” (reading, writting, arithmetic), tetapi juga harus dibekali dengan kompetensi masyarakat global, yaitu komunikasi, kreatif, berpikir kritis, dan kolaborasi atau “Four Cs”(communicators, creators, critical thingkers, and collaborators) (NEA, 2012).

Dalam Framework 21st Century Skills, terdapat empat keterampilan, 4C keterampilan abad 21 yang di petakan sebagai kompetensi berpikir abad 21 yang terdiri dari, Creativity Thinking and innovation, Critical Thinking and Problem Solving, Communication, dan Collaboration.

Latar belakang lain mengingat siswa saya merupakan insan dengan potensi memiliki berbagai ketarampilan baik yang dibutuhkan untuk masa depan mereka maka saya berupaya membuat satu rancangan tindakan aksi nyata berkaitan dengan pengembangan bernalar kritis (critical thinking).

Sehingga harapannya dari aksi nyata ini kemampuan bernalar kritis siswa dapat meningkat.

§  Deskripsi Aksi Nyata yang dilakukan, berikut alasan mengapa melakukan aksi tersebut 

1. Mengajak sebanyak mungkin warga sekolah untuk terlibat dalam rancangan tindakan aksi nyata.

2. Menginisiasi diskusi perumusan tujuan budaya positif sekolah yang berdampak pada siswa terutama berkaitan budaya berpikir kritis.

3. Membuka diskusi dengan siswa tentang pentingnya budaya berpikir kritis serta kaitannya dengan kemampuan yang harus dimiliki di abad 21.

4. Membuat kesepakatan kelas bersama siswa tentang bagaimana cara meningkatkan budaya berpikir kritis dalam pembelajaran ataupun di luar pembelajaran

5. Merancang pembelajaran yang berfokus pada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

6. Menjadwalkan evaluasi untuk memetakan pencapaian perwujudan budaya berpikir kritis oleh siswa

7. Melakukan refleksi terhadap hasil evaluasi dan menuangkannya dalam program sekolah dan/atau rencana pembelajaran di pertemuan berikutnya

8. Penilaian/evaluasi aksi nyata berupa observasi dan kuisioner/angket

Alasan melakukan aksi tersebut adalah untuk upaya penerapan budaya positif yaitu bernalar kritis yan gdisertai juga dengan tahap evaluasi sebagai bahan refleksi.

§  Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan 

Agar mencapai tujuan peningkatan keterampilan bernalar kritis pada murid, perlu diimplementasikan melalui sebuah program. Salah satunya adalah yang sejalan dengan tujuan assessment dinas pendidikan yang menuntut bernalar kritis yaitu Asesmen Nasional (AN). Sekolah bekerjasama dengan pihak NUADU sebangai penyedia soal berbasis teknologi. Anak mengikuti AN bidang numerasi dan literasi yang menuntut siswa bernalar kritis tentang permasalahan yang ada di rangkaian pertanyaan tersebut.

Perasaan saya selama melakukan aksi nyata adalah senang karena dapat ambil bagian dalam penerapan budaya positif di sekolah.

§  Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan (kegagalan, keberhasilan, dan hal-hal yang tidak sesuai dengan rancangan aksi nyata)

Pembelajaran yang didapat dari aktifitas aksi nyata budaya positif yaitu pentingnya bernalar kritis sebagai keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam menghadapi persaingan hidup pada masa kini dan masa depannya kelak ketika dewasa. Selanjutnya, informasi bahwa secara umum tingkat keterampilan bernalar kritis pelajar di Indonesia masih butuh ditingkatkan agar mampu bersaing secara global.

§  Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

Selanjutnya, rencana perbaikan yaitu konsistensi penerapan pembelajaran yang mendorong siswa dalam meningkatan keterampilan bernalar kritis. Juga dalam model penilian yang menggunakan tingkat berpikir HOTS. Diperlukan juga kerjasama semua guru agar dapat memiliki semangat yang sama dalam penerapan budaya positif kemampuan bernalar kritis.

§  Dokumentasi proses dan hasil pelaksanaan berupa foto-foto berikut caption/narasi singkat nya. 




Foto di atas adalah gambaran bagaimana diskusi di kelas berjalan, siswa dibudayakan untuk mengemukakan pendapatnya tentang hal yang sedang dibahas baik dalam hal materi maupun informasi umum yang sedang berkembang. Dengan keterbukaan siswa dalam berpendapat, guru menuntun agar cara berpikir siswa menjadi lebih kritis sehingga dapat memberikan argument yang matang dan berdasarkan data berupa pengetahuan mereka.

Di atas merupakan laporan dari salah satu siswa mengenai kemampuan bernalar siswa yaitu di bidang literasi. Yaitu hasil dari pemahaman literasi siswa menggunakan penilaian dengan format Asesmen Nasional (AN).