Senin, 19 Juli 2021

2.1.a.9 Koneksi Antar Materi oleh Syahridho Zein - CGP Ankatan 2 Medan

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan murid.  Pembelajaran berdiferensiasi mengakomodir semua perbedaan yang ada di dalam diri peserta didik, yang dilihat dari kebutuhan belajar peserta didik. Pembelajran berdiferensiasi dilakukan dengan tiga strategi yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk yang dirancang erdasarkan tiga aspek yaitu kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar.

Untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, perlu diadakannya pemeetaan sebelumnya baik dengan cara observasi, pengisian kuisioner oleh peserta didik/orangtua, atau dengan pre-assessment sehingga guru memiliki peta jalan dalam merancang pembelajaran.

Contoh Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Minat

Tujuan Pembelajaran: Murid dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat bulat.

Tabel 1. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Minat

Minat

Seni

IT

Bahasa

Nama Murid

Nadya

Queen

Abi

Samuel

Caryn

 

Produk

Membuat poster sifat-sifat operasi hitung bilangan berpangkat bulat.

Menjabarkan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat bulat dalam presentasi ppt atau infografis.

Mendemonstrasikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat operasi bilangan berpangkat bulat dalam video presentasi.

 Contoh Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar (Readiness)

Tujuan Pembelajaran: Murid dapat Mengubah masalah/bahasa sehari-hari ke dalam bentuk pangkat dan akar dan sebaliknya

Tabel 2. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar

 

Kesiapan Belajar (Readiness)

Murid telah

memahami

konsep perpangkatan dan akar dan kaitannya keduanya

Murid telah

memahami

konsep perpangkatan dan akar secara terpisah namun belum memahami kaitannya keduanya

Murid belum

memahami

konsep perpangkatan dan akar.

Nama Murid

Caryn

Samuel

Abi

Queen

Nadya

Proses

Murid diminta

mengerjakan

soal-soal

tantangan yang

mengaplikasikan

pengubahan masalah/bahasa sehari-hari ke dalam bentuk pangkat dan akar dan sebaliknya. Murid

akan diminta

untuk bekerja

secara mandiri

dan saling

memeriksa

pekerjaan

masing-masing.

Murid diminta

mengerjakan

soal-soal

tantangan yang

mengaplikasikan

pengubahan masalah/bahasa sehari-hari ke dalam bentuk pangkat dan akar dan sebaliknya menggunakan permisalan dari contoh di kehidupan sehari-hari misal kaitan sisi dan luas persegi atau kaitan rusuk ddan volume kubus. Guru akan

sesekali datang

ke kelompok ini

untuk

memastikan

tidak ada

miskonsepsi.

Murid akan

mendapatkan

pembelajaran

eksplisit tentang

konsep perpangkatan dan akar.

Guru akan

memberikan

scaffolding

dalam proses

ini.

Contoh Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar murid

Tujuan Pembelajaran: murid dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan pangkat dan akar.

Tabel 3. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar Murid

Profil Belajar

Visual

Auditori

Kinestetik

Nama Murid

Queen

Nadya

Abi

Samuel

Caryn

Produk

Murid diperbolehkan memilih cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan pangkat dan akar. Boleh dalam bentuk gambar, rekaman wawancara maupun performance.

Proses

Saat

menjelaskan

guru

menggunakan

banyak gambar

atau alat bantu

visual.

Guru juga

menyediakan

kesempatan

bagi murid

untuk

mengakses

sumber belajar

yang dapat

didengarkan

murid secara

lisan.

Guru membuat

beberapa sudut

belajar atau

display yang

ditempel di

tempat-tempat

berbeda untuk

memberikan

kesempatan

murid bergerak

saat mengakses

informasi.

Dari pemetaan tersebut, dituangkanlah dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk dijalankan di kelas.

Guru-guru akan menempatkan murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang saling mendukung tumbuhnya lingkungan belajar. Dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi, guru menjadi tahu bagaimana menyusun pembelajaran yang selaras dengan mengoptimalkan potensi setiap peserta didik baik dalam hal kesiapan belajar, minat belajar, dan proses belajar.

Sebagai contoh anak yang minat dalam olahraga lari maka potensi utama tersebut yang perlu dikembangkan maksimal. Ia tetap akan menjadi anak yang berprestasi di bidangnya walaupun kemampuan seni atau matematikanya biasa saja. Anak yang gaya belajarnya kinestetik perlu difasilitasi untuk belajar dengan caranya agar menerima materi dengan maksimal, anak tipe ini tidak bisa dipaksakan untuk hanya duduk diam mendengarkan gurunya berbicara. Peserta didik yang dalam pertemuan lanjutan masih belum maksimal dalam pemahaman materi perlu adanya diferensiasi proses dengan peserta didik lain yang pemahamannya sudah sangat baik sebelum memberikan lembar kerja dengan level yang sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Modul 2.1 ini terkait erat dengan modul 1.1 Filosofi Pendidikan KHD di mana pada modul 1.1, kita dipahamkan tentang pembelajaran yang menghamba pada murid, cara agar kita dapat menghamba pada murid (pembelajaran yang berpusat pada murid) adalah dengan mengenal murid kita hinggga ke level kesiapan, minat, dan profil belajar tiap individu dengan dilakukannya pemetaan.

Juga terkait dengan modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak di mana dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang baik, guru harus melakukan perannya sebagai pemimpin pembelajaran yang baik pula dengan memiliki nilai reflektif, inovatif, serta berpihak pada murid.

Kamis, 01 Juli 2021

PGP-Angk2-Kota Medan-Syahridho Zein-1.4-Aksi Nyata

 

Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif

 

§  Latar belakang tentang situasi yang dihadapi oleh Calon Guru Penggerak 

Latar belakang pemilihan budaya Bernalar Kritis sebagai budaya yang ingin saya angkat pada aksi nyata modul 1.4 ini adalah bawa hal tersebut merupakan salah satu fokus pengembangan keterampilan siswa sesuai pelajar pancasila yang digagas oleh kemendikbud dikti ristek.

Model pembelajaran pada pendidikan tingkat dasar saat ini tidak cukup hanya dibekali dengan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung atau “Tree Rs” (reading, writting, arithmetic), tetapi juga harus dibekali dengan kompetensi masyarakat global, yaitu komunikasi, kreatif, berpikir kritis, dan kolaborasi atau “Four Cs”(communicators, creators, critical thingkers, and collaborators) (NEA, 2012).

Dalam Framework 21st Century Skills, terdapat empat keterampilan, 4C keterampilan abad 21 yang di petakan sebagai kompetensi berpikir abad 21 yang terdiri dari, Creativity Thinking and innovation, Critical Thinking and Problem Solving, Communication, dan Collaboration.

Latar belakang lain mengingat siswa saya merupakan insan dengan potensi memiliki berbagai ketarampilan baik yang dibutuhkan untuk masa depan mereka maka saya berupaya membuat satu rancangan tindakan aksi nyata berkaitan dengan pengembangan bernalar kritis (critical thinking).

Sehingga harapannya dari aksi nyata ini kemampuan bernalar kritis siswa dapat meningkat.

§  Deskripsi Aksi Nyata yang dilakukan, berikut alasan mengapa melakukan aksi tersebut 

1. Mengajak sebanyak mungkin warga sekolah untuk terlibat dalam rancangan tindakan aksi nyata.

2. Menginisiasi diskusi perumusan tujuan budaya positif sekolah yang berdampak pada siswa terutama berkaitan budaya berpikir kritis.

3. Membuka diskusi dengan siswa tentang pentingnya budaya berpikir kritis serta kaitannya dengan kemampuan yang harus dimiliki di abad 21.

4. Membuat kesepakatan kelas bersama siswa tentang bagaimana cara meningkatkan budaya berpikir kritis dalam pembelajaran ataupun di luar pembelajaran

5. Merancang pembelajaran yang berfokus pada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

6. Menjadwalkan evaluasi untuk memetakan pencapaian perwujudan budaya berpikir kritis oleh siswa

7. Melakukan refleksi terhadap hasil evaluasi dan menuangkannya dalam program sekolah dan/atau rencana pembelajaran di pertemuan berikutnya

8. Penilaian/evaluasi aksi nyata berupa observasi dan kuisioner/angket

Alasan melakukan aksi tersebut adalah untuk upaya penerapan budaya positif yaitu bernalar kritis yan gdisertai juga dengan tahap evaluasi sebagai bahan refleksi.

§  Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan 

Agar mencapai tujuan peningkatan keterampilan bernalar kritis pada murid, perlu diimplementasikan melalui sebuah program. Salah satunya adalah yang sejalan dengan tujuan assessment dinas pendidikan yang menuntut bernalar kritis yaitu Asesmen Nasional (AN). Sekolah bekerjasama dengan pihak NUADU sebangai penyedia soal berbasis teknologi. Anak mengikuti AN bidang numerasi dan literasi yang menuntut siswa bernalar kritis tentang permasalahan yang ada di rangkaian pertanyaan tersebut.

Perasaan saya selama melakukan aksi nyata adalah senang karena dapat ambil bagian dalam penerapan budaya positif di sekolah.

§  Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan (kegagalan, keberhasilan, dan hal-hal yang tidak sesuai dengan rancangan aksi nyata)

Pembelajaran yang didapat dari aktifitas aksi nyata budaya positif yaitu pentingnya bernalar kritis sebagai keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam menghadapi persaingan hidup pada masa kini dan masa depannya kelak ketika dewasa. Selanjutnya, informasi bahwa secara umum tingkat keterampilan bernalar kritis pelajar di Indonesia masih butuh ditingkatkan agar mampu bersaing secara global.

§  Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

Selanjutnya, rencana perbaikan yaitu konsistensi penerapan pembelajaran yang mendorong siswa dalam meningkatan keterampilan bernalar kritis. Juga dalam model penilian yang menggunakan tingkat berpikir HOTS. Diperlukan juga kerjasama semua guru agar dapat memiliki semangat yang sama dalam penerapan budaya positif kemampuan bernalar kritis.

§  Dokumentasi proses dan hasil pelaksanaan berupa foto-foto berikut caption/narasi singkat nya. 




Foto di atas adalah gambaran bagaimana diskusi di kelas berjalan, siswa dibudayakan untuk mengemukakan pendapatnya tentang hal yang sedang dibahas baik dalam hal materi maupun informasi umum yang sedang berkembang. Dengan keterbukaan siswa dalam berpendapat, guru menuntun agar cara berpikir siswa menjadi lebih kritis sehingga dapat memberikan argument yang matang dan berdasarkan data berupa pengetahuan mereka.

Di atas merupakan laporan dari salah satu siswa mengenai kemampuan bernalar siswa yaitu di bidang literasi. Yaitu hasil dari pemahaman literasi siswa menggunakan penilaian dengan format Asesmen Nasional (AN).